Pages

Jumat, 13 Agustus 2010
Namun demikian, cookie bak pedang bermata dua. Ia dapat pula menjadi musuh karena dapat memakan ruang harddisk komputer sekaligus memberi peluang bagi spyware yang akan menyebar melalui cookie tersebut. Peter Eckersley (Staf senior teknologi Electronic Frontier Foundation/EFF), mengemukakan bahwa informasi konfigurasi data tentang jenis browser, sistem operasi, plugin, dan font dapat dipasang dan dikompilasi oleh situs web yang membuat potret unik para pengunjung.
Bagi Anda yang akrab dengan dunia internet, pasti sudah tak asing lagi dengan istilah cookie, bukan? Cookie bisa dibilang semacam jejak yang masih tersimpan di komputer dan dapat digunakan untuk memercepat akses ke situs web yang bersangkutan.

Ini berarti bahwa pengguna internet yang paling banyak adalah anonim atau tidak jelas. “Bahkan jika Anda menonaktifkan cookie dan sudah menggunakan proxy untuk menyembunyikan alamat IP, jejak Anda masih bisa dilacak,” kata Eckersley. Sialnya, data tersebut tidak benar-benar mampu mengidentifikasi pengguna, namun menciptakan browser unik “sidik jari” yang justru dapat digunakan untuk mengidentifikasi si pengguna ketika berkunjung ke situs web yang lain.

Saat ini, sudah ada beberapa perusahaan yang mulai menawarkan jenis pelacakan web cookie untuk membantu melacak penipu e-commerce. Sebanyak 41 perusahaan seperti Parameter, ThreatMetrix, dan Iovation juga sudah mengaplikasikannya dalam sistem perbankan, e-commerce dan situs web sosial.

0 komentar:

Followers

Diberdayakan oleh Blogger.

Google Translate

Text Widget

free counters

Basshunter - All I Ever Wanted

About Me

Foto Saya
Dwi Iswantoro
Lihat profil lengkapku